Senin, 12 Oktober 2015

Resesi di depan mata

Ketika pasangan Jokiwi-JK terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, banyak ekspektasi yang muncul di kalangan masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa kedepannya pasangan Jokowi-JK dapat membawa perubahan baru di negara Indonesia tercinta ini. Dan masyarakat juga banyak bergantung kepada pasangan ini, agar dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju, salah satunya dapat meningkatkan perekonomian negara Indonesia ke arah yang lebih maju.
Sekarang, pemerintahan Jokowi-JK sudah melewati lebih masa pemerintahannya, artinya sudah melewati kwartal pertama dan akan memasuki kwartal kedua. Sudah banyak permasalahan ekonomi yang dihadapi  pemerintah baru ini, mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah, anjloknya harga minyak, inflasi yang tinggi, dan lain sebagainya. Semua permasalahan ini membuat masyarakat menjadi resah, karena tidak ada kepastian dari pemerintah yaitu Jokowi-JK dalam mengatasi situasi yang begitu rumit ini. Akibat dari semua ini, daya beli masyarakat menjadi turun, karena tidak ada kepastian harga barang pokok di pasaran. Semua harga selalu bergerak secara dinamis, tidak bisa diperkirakan oleh masyarakat dan ini semua baru contoh kecil.
Ketidakpastian semua ini muncul dari kebijakan pemerintah yang tidak jelas arah pembangunannya. Seperti inflasi yang terjadi pada barang pokok, kenaikan barang ini bermula dari kebijakan yang menaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dimana sekarang ini pemerintah sudah mencabut subsidi BBM dan  harganya sudah disesuai dengan harga pasar. Akibatnya, sudah lima kali harga BBM mengalami perubahan, selama pemerintahan baru ini. Seharusnya pemerintah sadar, ketika pemerintah menaikan harga BBM maka semua harga barang, baik itu harga barang pokok dan harga barang lainnya serta ongkos angkutan, ke semua itu akan ikut bergerak naik dan terjadilah inflasi besar-besaran.
Harga BBM naik yang mempengaruhi semua harga barang dipasaran dan di waktu yang bersamaan harga listrik PLN  juga ikut dinaikkan. Harga tabung gas 3kg atau yang biasa disebut tabung gas melon, juga melengkapi kenikan keseluruhan harga-harga barang dipasaran. Jadi, dimana letak keberpihakan pemerintah terhadap rakyat dan sampaikan semua ini akan berakhir?.
Tingginya inflasi dapat mempengaruhi kwalitas hidup masyarakat Indonesia, karena ketika harga-harga barang dipasaran mengalami peningkatan, maka seseorang harus mengurangi konsumsi dan mencari barang substitusi atau barang pengganti untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Paparan sebelumnya menunjukkan akan terjadi pengurangan konsumsi rumah tangga atau turunnya daya beli masyarakat, akibat dari inflasi yang tidak diikuti oleh kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia. Semua yang terjadi, baik itu inflasi dan turunnya daya beli masyarakat, akan dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena kedua variabel ini sangat memperngaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan variabel yang paling kuat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah tingkat konsumsi rumah tangga.
Faktanya, dari data BPS menunjukkan bahwa aktivitas permintaan akhir ini masih di dominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sudah jelas bahwa tingkat konsumsi sangat berpengaruh besar terhadap pembangunan nasional. Dengan struktur perekonomian yang sangat di pengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga, maka apabila tingkat konsumsi rumah tangga mengalami penurunan, dapat dipastikan akan memberi dampak besar terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi.
Untuk kwartal pertama ini pemerintah masih bisa bernafas lega, karena konsumsi rumah tangga masih mengalami peningkatan. Menurut data BPS pada kwartal pertama tingkat konsumsi mengalami pertumbuhan 0,11% dari kwartal keempat 2014 dan dikisaran 5,01% , tetapi dari data ini BPS melihat tidak ada perubahan yang berarti pada  struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran yang berlaku di kwartal pertama 2015.
Maka dari itu, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi cobalah lebih bijak dan lebih cermat dalam mengambil keputusan. Ditakutkan, cepat atau lambat akibat inflasi yang terus berlanjut hingga sekarang ini, akan menekan konsunsi rumah tangga dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya. Tinggi atau rendahnya konsumsi rumah tangga sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi sangatlah penting bagi setiap negara, karena sebagai tolak ukur dari kemajuan negara tersebut. Melihat kemakmuran dari negara juga dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, ketika pertumbuhan tinggi maka tingkat kemakmuran akan ikut bergerak naik dan sebaliknya, pertumbuhan yang rendah akan menurunkan tingkat kemakmuran negara tersebut.
Di kwartal pertama pertumbuhan Indonesia secara mengejutkan mengalami penurunan dibawah 5,0 persen dan penurunan ini diluar prediksi pemerintah. Menurut data BPS, Indonesia mengalami pertumbuhan di kwartal pertama sebesar 4,7 persen dan di bandingkan dengan tahun sebelumnya, ditahun 2014 pertumbuhan Indonesia tumbuh sebesar 5,14 persen. Artinya, sekarang ini Indonesia mengalami perlambatan ekonomi dan perlambatan ini ditakutkan akan mempengaruhi seluruh kegiatan ekonomi yang ada.

Oleh karena itu, walaupun tingkat konsumsi rumah tangga tetap mengalami kenaikan di kwartal pertama, tetapi ditakutkan kedepannya dengan banyaknya kebijakan dan ketidakpastian ekonomi sekarang ini, akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga atau masyarakat nantinya.

0 komentar:

Posting Komentar